Seluruh
tubuhku merasa menggigil, tanganku
gemetar dan jari-jariku terasa kaku untuk menekan tiap tombol di
keyboard ini. Dimana harus kumulai kisah ini? Ah, aku bagai tenggelam dalam
tumpukan es batu, bahkan untuk mengatakan “A” bibirku tak mampu lagi
untuk aku gerakkan. Mengapa semua ini bisa terjadi? Mengapa harus aku? Pertanyaan ini keluar dari benakku sejak dua tahun lalu namun tak pernah ada jawaban. Akupun tidak tau siapa yang akan menjawabnya.
untuk aku gerakkan. Mengapa semua ini bisa terjadi? Mengapa harus aku? Pertanyaan ini keluar dari benakku sejak dua tahun lalu namun tak pernah ada jawaban. Akupun tidak tau siapa yang akan menjawabnya.
Baiklah
ceritanya saya mulai ***************
Saat
itu saya datang kepagian di kantor. Melihat yang datang baru dua orang cleaning
service dan seorang security, saya berpikir lebih baik membuka facebook. Gak
lama setelah aku ON tiba-tiba ada yang chat, nama fbnya gini Ekha pengen ********, sorry yah gue
sensor, isi chatnya gini
“kamu
pacaran sama ****?”
Saya
jawab “iya” dan tak lupa buntutnya “ini siapa?”
Eh dia
malah ngakunya temannya pacar aku, tapi gila pertanyaannya banyak banget kayak
agen FBI yang sedang melakukan penyelidikan. Hingga akhirnya aku curiga.
Kemudian
aku tanya ke pacar aku, katanya dia sepupunya cewek gila yang selalu gangguin
hubungan kami. Yah saya percaya saja, saya kan the stupid girl.
Hari-hari
tlah berlalu, hingga tiba saatnya si cewek tadi nelpon
Gila........................................................
Dia
mengaku kalo jalan sama pacar aku. Dia minta maaf karena tidak bisa melepas
pacar aku. Waduh, , , , , kambing kali’
dilepas. Gila yah tuh cewek udah tau kami pacaran malah mengaku gak bisa
melepas. Psikopat Bego
Tolol
Yah
trus mau bilang apalagi
Saya
jadi kesal dan mengupdate status baru di bbm bilangnya slamat tinggal masa lalu
Orang-orang
jadi berpikir kalo saya jomblo. Meskipun saya belum ucapkan kata putus tapi
hati saya sudah mantap untuk mau berubah. Berubah lebih maju (kayak slogan
caleg aja).
Yah
habisnya mau ngapain lagi, apakah saya harus meratapi nasib, nangis dari malem
sampe malem lagi, boros tissue gan. Move on?
Sempat
kepikiran juga sih, tapi saya takut yang baru malah lebih parah. Jadi intinya
hadapi nasib aja. Putus sih belum, tapi merasa sendiri mungkin itu lebih baik.’
Terkadang
aku menatap seluruh barang yang ada di sekitarku, aku berpikir andai saja aku
berada di antara jejeran buku yang tersusun rapi dalam rak itu, andai saja aku
adalah sebuah buku yang tidap lembarannya menyimpan kata-kata yang berarti
pasti aku tidak akan mengalami hal yang seperti ini.
Ya
Allah aku bukan malaikat, harus bagaimana aku menghadapi semua ini, sabar? Aku
sudah sabar hampir tiga tahun. Tidak mudah juga melupakannya. Seperti kata pujangga,
cinta itu bikin gila. Aku akui sekarang diriku gila, betul-betul gila yang tak
berujung. Dilema yang tak kunjung menemui kepastian.
Terkadang
juga aku menyerah, berharap sekarang ada teroris yang menaruh bom di sekitarku.
Tapi ini hanya merugikan orang lain, mereka tidak bersalah, aku ralat
khayalanku. Trus aku berpikir kenapa saya tidak bunuh diri saja biar semuanya
berakhir, tapi malaikat datang berbisik di telinga kananku, :jangan... jika
kamu melakukannya itu artinya kamu kalah, kamu harus bangkit dan tunjukkan
padanya kalau kamu bisa tanpa dia bahkan mendapatkan yang jauh lebih baik
darinya.” Malaikat memang selalu baik. Lantas apa yang harus aku lakukan
sekarang? Akh aku tidak tahu.
Saya
heran, kenapa hal seperti ini tidak dibahas dalam undang-undang, ini kan
kriminal, penganiayaan, penganiayaan hati, pemberi harapan palsu dan
sebagainya, bisa kena pasal berlapis kan? Mataku mulai perih menatap layar, ya
ialah menahan tangis sambil menatap layar yang berkilau sangat menyiksa. Yang
harus kukatakan sekarang hanyalah kata lumrah yang sudah basi di telinga orang
namun sangat berarti untukku “TERIMA KASIH ATAS SAKIT YANG KAU BERIKAN”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar